KULIAH UMUM KELAS PembaTIK LEVEL IV
15 SEPTEMBER 2020
Diawali dengan pemaparan yang menarik oleh mas Charles Bonar Sirait (CBS), yang menyajikan materi tentang " KIAT SUKSES BAGI PARA PENDIDIK UNTUK BERKOMUNIKASI DENGAN PUBLIK " yang dipandu oleh ibu Dona Yulia Sari ( DRB Jambi ).


Dipandu Presenter DRB Jambi Bu Dona Di isi oleh Pemateri kondang CBS
Materi yang menarik dan menginpirasi
Materi disajikan lebih simpel sehingga memudahkan kita dalam memahami. Berkomunikasi dengan pihak manapun di butuhkan berbagai persiapan. Mas Charles Bonar Sirait dalam paparannya menyampaikan hal-hal yang perlu dalam berkomunikasi diantaranya, memahami pola kunikasi sederhana, Impactful Communication, Persuasive Communication, Personal Branding. Minimal 4 hal inilah yang bisa menjadikan kita sukses dalam berkomunikasi dengan publik.
Dalam hal lain beliau menyatakan, bahwa komunikasi itu bisa diartikan berbagi/ To Share. Berbagi hal-hal yang meberikan pemahaman yang baik bagi orang lain tentang suatu hal, hal apa sajapun. Dalam berkomunikasi ada 3 unsur yang menjadi fokus, yaitu : penerima pesan, pensannya itu sendiri, dan yang memberi pesan.
Selanjutnya sesi kedua di isi oleh pemateri mbak Butet Manurung, MAAPD, yang dipandu oleh mbak Restyn Yusuf
Dipandu Presenter DRB Papua Restyn Yusuf Di isi Bu Butet Manurung, MAAPD
Materi yang menarik dan menginpirasi
Bu Butet Manurung, MAAPD adalah seorang pendiri pusat pendidikan yang di kenal dengan SOKOLA INSTITUTE. Bermula Tahun 1999 pertama kali ke Rimba Bukit Duabelas Jambi, dimana masyarakat adat Orang Rimba peburu peramu sudah hidup damai tanpa masalah selama ratusan tahun. Mereka bisa hidup dan menyatu dengan alam, jauh dari hiruk pikuk dan kebisingan kehidupan di perkotaaan
Dalam hal lain beliau menyatakan Sistem pendidikan sudah kontekstual, bayangkan anak rimba yang hafal ratusan mamalia, jejak, obat kalau digigit, perangkapnya, siklus hidupnya, belum lagi semua binatang lain, serangga, reptil, dsb, ribuan tanaman, kontur tanah, juga kecakapan hidup, bertahan hidup di rimba, membaca tanda alam atau bencana, obat tradisional, mantra, pengetahuan adat, norma dan kepercayaan, dsb. Mereka bisa memahamai alam dengan langsung mengalami sendiri dalam kehidupan sehari-harinya.
Hidup Menyatu dengan Alam
Beliau juga menyatakan Kebanyakan masyarakat adat dan pedalaman melihat pendidikan sebagai alat untuk memecahkan masalah mereka dengan tetap menjunjung adat istiadat, cinta kampung halaman, bukan meraih gelar tinggi dan mendapatkan gaji yang besar.“sekolah lengkap” adalah pendidikan yang paling tepat untuk anak-anak kami. Ia berpengetahuan luas tapi juga menguasai kecakapan di kampung” Rato Kedukuri, Sokola Sodan, Sumba.
Menurut penelitian dan pengalaman beliau Sekolah Formal tidak (ajar) mengatasi persoalan kehidupan dan perubahan sekitar murid (setan bermata runcing), Sekolah Formal tidak (belajar) merespon persoalan kehidupan dan perubahan sekitar anak (setan bermata runcing), Sekolah Formal tidak mengakomodasi nilai dan kebenaran versi lokal.
Selanjutnya sesi ketiga di isi oleh pemateri Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Pak Dr. Iwan Syahril, Ph.D, yang dipandu oleh mas Dhoni.
Di awal paparannya, Pak Iwan mempertanyakan dua pertanyaan, Seorang anak lahir….A: Ibarat kertas sudah bertulisan samar atau B: Ibarat kertas kosong. Yang mana kira-kira jawaban dari para peserta seminar. Para peserta seminar lebih banyak menjawab B. Tapi ternyata jawaban yang lebih tepatnya A.
Convergentic-theorie. Anak lahir diumpamakan sehelai kertas yang sudah ditulisi penuh tapi semua tulisan itu suram. Pendidikan berkewajiban dan berkuasa menebalkan segala tulisan yang suram dan berisi baik agar kelak nampak sebagai budi pekerti yang baik. Segala tulisan yang mengandung arti jahat hendaknya dibiarkan agar jangan menjadi tebal, bahkan jika bisa dibikin lebih suram.
• Pendidikan hanya ‘tuntunan’ di dalam hidup tumbuhnya anak-anak. Hidup tumbuhnya anak-anak itu terletak di luar kecakapan atau kehendak kita kaum pendidik. Anak-anak itu sebagai makhluk, manusia, dan benda hidup, sehingga mereka hidup dan tumbuh menurut kodratnya sendiri. Kita kaum pendidik hanya dapat menuntun agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya anak-anak.
Dalam paparan lainnya beliau menyatakan Guru dalam Perspektif Merdeka Belajar:
1. Memandang anak dengan rasa hormat
2. Mendidik secara holistik
3. Mendidik secara relevan/kontekstual
Ki Hajar Dewantara, dalam Perspektif Ekologis: Nature + Nurture. Pendidikan itu hanya bisa menuntun. Namun faedahnya bagi hidup tumbuhnya anak sangat besar.
Pendidik ibarat petani.
“Seorang petani yang menanam padi hanya dapat menuntun tumbuhnya padi. Ia dapat memperbaiki kondisi tanah, memelihara tanaman padi, memberi pupuk dan air, membasmi ulat-ulat atau jamur-jamur yang mengganggu hidup tanaman padi, dan lain sebagainya. Meskipun pertumbuhan tanaman padi dapat diperbaiki, tetapi ia tidak dapat mengganti kodrat iradatnya padi. Misalnya, ia tak akan dapat menjadikan padi yang ditanamnya itu tumbuh sebagai jagung. Selain itu, ia juga tak dapat memelihara tanaman padi tersebut seperti halnya cara memelihara tanaman kedelai atau tanaman lainnya. Memang benar, ia dapat memperbaiki keadaan tanaman padi yang ditanam, bahkan ia dapat juga menghasilkan tanaman padi itu lebih besar daripada tanaman padi yang tidak diperlihara, tetapi mengganti kodratnya padi itu tetap mustahil.”
Pendidikan Holistik: Budi Pekerti
•BUDI —> Batin —> Tri-Sakti —> Pikiran + Rasa + Kemauan [Cipta + Rasa + Karsa] PEKERTI —> Lahir —> Tenaga —> Raga
•Tidak ada dua budi pekerti yang sama sehingga kita dapat membedakan orang yang satu dengan lainnya.
•Kebersihan budi = bersatunya cipta-rasa-karsa = tajamnya pikiran, halusnya rasa, kuatnya kemauan —> Hal ini akan membawa kepada kebijaksanaan.
Kodrat Keadaan
• Kodrat Alam (Sifat, Bentuk) - Sifat pokok tiap-tiap kebudayaan adalah universal (perikemanusiaan) Bentuk kebudayaan berbeda-beda sesuai kodrat alam
• Kodrat Zaman (Isi, Irama) Isi kebudayaan timbul karena pengaruh zaman yang ditempati masyarakat Irama kebudayaan adalah cara menggunakan segala unsur kebudayaan
WWW.belajar.kemdikbud.go.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar